Ngopi Neng Warung

Sholat mengangkang

SAYA itu benar-benar geli melihat ada orang melakukan shalat berjamaah, lalu dengan “sok” hebatnya menginjakkan kedua kakinya ke orang-orang di sebelahnya. Kaki orang ini akan semakin lebar jika orang-orang di sebelahnya menghindar. Yang paling lucu—malah—jika melihat seluruh jamaah melakukannya: penonton seperti disuguhin pemandangan mekangkangberjamaah. 
Saya berkata, “Lucunya orang-orang ini. Bagaimana cara mereka berpikir, bukankah shalat mekangkang itu malah membuat celah yang sangat besar?”





Shalat mekangkang ala wahabi....

Hadis yang mereka pakai untuk “mekangkang” berjamaah itu adalah ini:
 عن أَنسِ بن مالك عنِ النبِي صلى الله عليه وسلم قال: أَقيموا صفوفكم فإِني أراكم من وراء ظهرِي وكان أَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ
 Artinya: Dari Anas bin Malik dari Nabi SAW, ”Tegakkanlah shaf kalian, karena saya melihat kalian dari belakang pundakku.” Lalu ada seseorang diantara kami yang menempelkan bahunya dengan bahu temannya dan telapak kaki dengan telapak kakinya. (HR. Al-Bukhari)
Jika di kepala Anda ada otak, Anda pasti mengerti mana yang sabda Nabi SAW, dan mana yang komentar dari Anas bin Malik. Sabda Rasulullah SAW hanya sampai frasa “di belakang pundakku”. Sedangkan sisanya adalah komentar Anas bin Malik.

Apa coba komentar Anas bin Malik? Komentarnya adalah “ada 1 orang” yang menempelkan bahu dan telapak kakinya dengan bahu dan telapak kaki temannya. Masih belum mengerti maksud komentar ini? Lah wong gampang begini. Maksudnya adalah hanya ada 1 orang Sahabat yang tak dikenal—karena tak disebutkan namanya, baik oleh Anas bin Malik maupun oleh perawi lain seperti al-Nu’man bin Basyir—yang melakukan aksi menempelkan telapak kaki dan pundaknya itu. Masih belum mengerti maksudnya? Maksudnya adalah tidak satu pun dari para Jamaah seperti Ali bin Abi Thalib, Abubakar, Umar, Sa’d bin Ubadah, dan seterusnya, yang melakukannya. Hanya jamaah yang tak dikenal ini yang melakukannya.

Masih belum mengerti juga? Sunnah Nabi SAW dalam shaf shalat hanyalah meluruskan shaf, karena dalam hadis lain, frasa“tegakkanlah shaf” memiliki redaksi lain, yaitu “luruskanlah shaf”. Artinya, frasa “tegakkanlah” itu bisa diterjemahkan dengan “luruskanlah”. Sisanya hanyalah komen perawi, itu pun yang diceritakan hanyalah ada satu sahabat tak dikenal yang melakukan shalat “mekangkang” itu.

Lalu, ada yang mengajukan hadis di bawah ini kepada saya: 
 سووا صفوفكم ، وحاذوا بينمناكبكم ، ولينوا في أيدي إخوانكم ،وسدوا الخلل ، فإن الشيطان يدخلفيما بينكم بمنزلة الحذف. رواهأحمد 
 "Luruskan shaf kalian, luruskan pundak-pundak kalian, dan buat pundak kalian luwes untuk teman kalian. Jangan tinggalkan celah-celah. Sesungguhnya setan masuk diantara kalian seperti anak kambing.” (HR. Ahmad)
Coba perhatikan hadis ini. Hadis ini tidak sama sekali bertentangan—tentunya—dengan hadis meluruskan shaff yang saya rujuk tadi. Tapi, kira-kira masalahnya di mana? Coba deh dipikir baik-baik.

Jika shalat sambil mekangkang, bukankah anak kambing itu justru senengannya nyelonong melalui sela-sela kaki yang mekangkang itu?

Perlu diketahui, bahwa bagaimana pun sebuah pembahasan yang sudah menggebu-gebu harus diselesaikan. Jika masalahnya adalah bahwa shalat harus dilaksanakan dengan tidak meninggalkan celah sama sekali, maka di dunia ini, tidak ada ajaran megnenai tata-cara melaksanakan shalat yang mengajarkan pelaku shalat untuk--benar-benar--meninggalkan celah kecuali ajaran di bawah ini:
 فأرسل يديه جميعاً على فخذيهقد ضم أصابعه، وقرّب بينقدميه حتى كان بينهما قدرثلاثة أصابع مفرّجات
 “Maka, saat shalat, beliau melepaskan tangannya semuanya (tidak sedekap) di atas kedu pahanya, sedangkan jari-jemari tangannya dirapatkan. Beliau mendekatkan kedua kakinya dengan jarak tiga jari yang direnggangkan.”
Jangan nggumun dan jangan kaget, ini adalah ajaran Imam Ja’far al-Shadiq kepada Hammad bin Isa. Inilah satu-satunya ajaran tentang shalat yang—jika dihadap-hadapkan dengan hadis-hadis meluruskan shaff, akan selaras, sesuai, dan sejalan.

Apalagi jika dilakukan dengan tangan irsal atau tidak sedekap, shaff yang tadinya agak dibuat renggang dengan kedua siku yang menjulur keluar, akan semakin rapat, dan tidak ada celah. 
Pertanyaan saya adalah: mana cara shalat yang tanpa meninggalkan cela sama sekali? Sekian.

No comments:

Post a Comment