Ngopi Neng Warung

31 Januari, Happy birthday 🕊 ```NAHDLOTUL ULAMA```

📚✍
*_____________ -﷽-_____________*

31 Januari, Happy birthday 🕊
          ```NAHDLOTUL ULAMA```

    -----------------------------

     *Gus Dur* memiliki fenomena spiritual yang langka dibanding kyai-kyai lain di Jawa, karena harus muncul dalam gebrakan sejarah yang penuh warna.

Sufisme Gus Dur yang dulu hanya difahami oleh masanya, melalui kebiasaan ziarah ke makam para wali, ungkapan-ungkapan yang controversial,  dan spontanitasnya yang inspiratif, serta garis keturunan seorang Ulama dan wali yang terkenal, _Hadhratusy Syeikh Hasyim Asy’ari,_ pendiri NU. Namun, laku *Sufistik Gus Dur justru terletak pada sikap dan konsistensinya terhadap nilai-nilai tasawuf yang sama sekali tidak terpaku pada simbolisme tasawuf sebagaimana gerakan kaum Sufi modern saat ini.*

      Kekentalan Gus Dur dengan Al-Hikam memberi warna kuat, terutama dua wacana disana yang berbunyi :

_“Janganlah engkau bergabung atau berguru dengan orang yang kata-kata dan perilaku ruhaninya tidak *membangkitkan* dirimu dan menunjukkan padamu menuju Allah.”_

      Konon, nama *Nahdhatul Ulama* mendapatkan inspirasi dari hikmah tersebut, sekaligus menjadi standar apakah Ulama *N U* kelak konsisten dengan kebangkitan *menuju Allah* atau menuju dunia ?

     Kemudian, hikmah lain yang begitu kental, adalah, _“Pendamlah dirimu di tanah sunyi, karena biji yang tak pernah terpendam tidak akan tumbuh dengan sempurna.”_

Sebuah wacana yang sangat kuat tekanannya dalam menggugat kemunafikan beragama, dan segala gerakan industri ekonomi dan politik atas nama agama, yang akhir-akhir ini begitu menguat beriringan dengan gerakan formalisme keagamaan.

*Menyembunyikan hubungan antara hamba dan Allah sebagai rahasia kehambaan adalah mutiara Sufi yang agung.* Sebaliknya pamer pengalaman beragama, bahkan menjurus pada riya’ adalah bentuk syirik yang tersembunyi.
Karena itu, dalam Al-Hikam juga disebutkan,

_“Nafsu dibalik maksiat itu nyata dan jelas, tetapi nafsu di balik taat itu, sangat tersembunyi,_ dan terapi atas yang tersembunyi sangatlah sulit.”

     Hal yang amat tidak disukai oleh Gus Dur manakala menjadikan agama sebagai industri ekonomi maupun politik. Agama yang sacral, memang harus dijaga oleh politik, tetapi politisasi apalagi menciptakan agama sebagai dagangan bisnis adalah melukai agama itu sendiri.

     Agama menjadi murah, dan agama menjadi duniawi, bahkan agama ditukar dengan kepentingan nafsu yang sangat *memuakkan...*

 •┈┈┈┈•••✦ 🌿✦•••┈┈┈┈•

No comments:

Post a Comment