Ngopi Neng Warung

Perbedaan Ustaz, Ulama, Kiai

Perbedaan Ustaz,  Ulama,  Kyai

Ustaz

Ya, ustaz, tanpa huruf d sebelum huruf z.Menurut KBBI, ustaz atau ustazah adalah guru agama atau guru besar. Artinya, ustaz adalah orang yang mengajarkan agama, baik yang berlevel sekolah dasar, pengajian di masjid, hingga ranah yang lebih luas. Pemahaman ini tentu saja berlaku hanya di Indonesia.

Emang kenapa gitu kalau nga di Indonesia?

Ternyata, di Timur Tengah, gelar ustaz hanya akan diberikan pada lulusan tingkat kepengajaran universitas. Seseorang hanya akan menjadi ustaz jika sudah menguasai dua belas cabang ilmu, termasuk akhlak, mantiq, fikih, tafsir, dan hadis.

Di Arab pun senada. Ustaz merupakan gelar yang layak disematkan pada para doktor (S-3) di bidang ilmu agama.

Jadi, apakah wajar kalau kita menyebut guru agama dengan sebutan ustaz? Ya nga papa, kan di Indonesia. Sah-sah aja sih, my lov.

Ulama

Di Indonesia, ada yang namanya MUI alias Majelis Ulama Indonesia. Ada juga ormas terbesar Nahdlatul Ulama.  Saya dulu sedikit heran, kenapa namanya bukan Majelis Ustaz Indonesia? Kan banyak tuh yang udah disebut ustaz, tinggal diajak gabung aja, pasti seru, deh.

Tapi ternyata, ulama memang berbeda dengan istilah ustaz.

Balik lagi ke KBBI (lagian gampang diaksesonline juga, nga usah protes, deh), kata ulama bermakna  ‘orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam’. Dengan kata lain, ulama pastilah punya pengetahuan agama yang jauh lebih luas dibandingkan ustaz yang dinilai sebatas guru agama saja.

Menjadi ulama yang sesungguhnya ternyata cukup berat dan nga main-main, gaes. Seorang ulama haruslah menguasai ilmu-ilmu tertentu dan dalil hukum dalam Islam, termasuk penguasaan bahasa Arab beserta ilmu-ilmunya.

Terus, terus, apa yang dimaksud dengan ‘alim ulama’?



Masih merujuk pada KBBI, alim ulama adalah orang-orang pandai dalam pengetahuan agama Islam. Secara bahasa, kata alimberasal dari ‘aalim yang berarti ‘orang yang memiliki pengetahuan’. Bentuk jamak dari kata ini sendiri adalah ‘ulamaa, yang menjadi asal kata ulama. Dengan pengertian secara bahasa ini, para pakar di ilmu-ilmu lain pun bisa menjadi ulama di bidangnya masing-masing, yha.

Seperti kamu; bagaikan menjadi ulama di bidang “memahamiku”…. #langsungditendang

Kiai

Kiai, dengan huruf i, bukan y. Dalam KBBI, kiai memiliki 6 definisi, sebagai berikut:

kata sapaan kepada alim ulama,alim ulama,kata sapaan kepada guru ilmu gaib (dukun dan sebagainya),kepala distrik (di Kalimantan Selatan),kata sapaan yang mengawali nama benda yang dianggap bertuah (senjata, gamelan, dan sebagainya), ataukata samaran untuk harimau (jika orang melewati hutan).

Perlu kita sama-sama tahu, panggilan kiai ini umumnya bersifat sangat lokal, kebanyakan digunakan hanya di Jawa saja. Kata kiai ini bisa kita pecah jadi dua bagian, yaitu ki danyai. Ki, atau juga menjadi Nyi jika ditujukan pada perempuan, bermakna orang yang dihormati. Sementara itu, yai menunjukkan penghormatan pada apa pun, termasuk benda.

Ya, selain ditujukan kepada manusia, kiai juga bisa merujuk pada benda-benda bertuah. Sayangnya, kayak yang tadi udah saya tulis, julukan ini cuma ada di Jawa (bantu koreksi ya kalau salah).

Padahal, seandainya sebutan ini lebih luas dari sifat lokalnya, mungkin kita akan mengenal seri pertama Harry Potter sebagai “Harry Potter dan Batu Kiai”.

Kyai juga sangat terkenal di dunia pesantren dan kalangan Nahdlatul Ulama.  Tidak sembarangan guru atau Ustaz yg bisa jadi Kyai...

Jadi,  gelar-gelar itu bukan itu tenar,  terkenal,  atau untuk suatu komersial.  Tapi ada makna,  kandungan mendalam..

No comments:

Post a Comment