Ngopi Neng Warung

Sufistik Jawa

Bagi orang Jawa, masuknya Agama Islam yang kaya dengan aspek kebatinan (tasawuf) sangatlah tepat. Orang Jawa pun tidak kebingungan dengan ajaran-ajaran mistik yang ada di dalamnya. Namun orang Jawa
berhasil menyederhanakan ajaran-ajaran mistik ini dengan terminologi dan kalimat-kalimat sederhana dan mudah dimengerti. Harap maklum saja, orang Jawa dulu mayoritas hidup di pedesaan yang sederhana dan tidak banyak berwacana ilmiah.
Salah satu ajaran Kejawen yang membahas tentang adanya malaikat pendamping hidup manusia adalah SEDULUR PAPAT LIMO PANCER. Pancer adalah tonggak hidup manusia yaitu dirinya sendiri. Diri kita dikelilingi oleh empat makhluk gaib yang tidak kasat mata (metafisik). Mereka adalah saudara yang setia menemani hidup kita. Mulai dilahirkan di dunia hingga kita nanti meninggal dunia menuju alam barzakh (alam kelanggengan).



Sebelum hadirnya agama Islam, orang Jawa tidak memahami konsep malaikat. Maka mereka menyebut malaikat penjaga manusia dengan sedulur papat. Konsep “sedulur papat” ini oleh orang Jawa ditamsilkan melalui sebuah pengamatan/niteni.

Mulai saat janin tumbuh di perut ibu, janin dilindungi di dalam rahim oleh ketuban. Selanjutnya adalah ari-ari, darah dan pusar. Itulah saudara manusia sejak awal dia hidup dan selanjutnya “empat saudara” ini kemudian dikubur. Namun orang Jawa Percaya bahwa “empat saudara” ini tetap menemani diri manusia hingga ke liang lahat.
 Karena Air Ketuban adalah yang pertama kali keluar saat ibu melahirkan, orang Jawa menyebutnya SAUDARA TUA. Saudara ini melindungi jasad fisik dari bahaya. Maka ia adalah SANG PELINDUNG FISIK.


Selanjutnya yang lebih MUDA adalah ari-ari, tembuni atau plasenta. Pembungkus janin dalam rahim. Ia melingkupi tindakan janin dalam rahim yang kemudian mengantarkan kita ke tujuan. Maka ia adalah SANG PENGANTAR.


Saudara kita selanjutnya adalah DARAH. Darah ini membantu janin kecil untuk tumbuh berkembang menjadi bayi lengkap. Darah adalah SARANA DAN WAHANA IRADAT-NYA pada manusia. Darah bisa disebut nyawa bagi janin. Maka, darah disebut dengan PEMBANTU SETIA MANUSIA MENEMUKAN JATI DIRINYA SEBAGAI HAMBA TUHAN, CERMIN TUHAN (Imago Dei).
Saudara gaib kita terakhir adalah pusar. Menurut pemahaman Kejawen, pusar adalah NABI. Pusar secara biologis adalah tali yang menghubungkan perut bayi dalam rahim dan ari-ari. Pusar mendistribusikan makanan yang dikonsumsi ibu ke bayi. Pusar dengan demikian MENDISTRIBUSIKAN WAHYU “IBU” MANUSIA yaitu Gusti Allah SWT kepada diri kita.
 Keempat saudara gaib ini sesungguhnya adalah EMPAT MALAIKAT PENJAGA manusia. Yang berada di kanan-kiri, depan-belakang kita. Maka, tidak salah bila Anda menyapa dan bersahabat akrab dengan mereka. Secara gaib, Tuhan memberikan pengajaran tidak langsung kepada hati kita. Namun melalui mereka pengajaran itu disampaikan.
 Keempat penjaga (malaikat) itu adalah:
JIBRIL (Penerus informasi Tuhan untuk kita),
IZRAFIL (Pembaca Buku Rencana Tuhan untuk kita),
MIKAIL (Pembagi Rezeki untuk kita) dan
IZRAIL (Penunggu berakhirnya nyawa untuk kita).


Keempat malaikat itu oleh orang Jawa dianggap sebagai SEDULUR karib hidup manusia. Bila kita paham bahwa perjalanan hidup untuk bertemu dengan Tuhan hakikatnya adalah perjalanan menuju “ke dalam” bukan “ke luar”. Perjalanan menembus langit ketujuh hakikatnya adalah perjalanan “diri palsu” menuju “diri sejati” dan menemukan SANG AKU SEJATI, YAITU DIRI PRIBADI/ TUHAN.
Untuk menemukan SANG AKU SEJATI (limo pancer) itulah kita ditemani oleh EMPAT SAUDARA GAIB/MALAIKAT PENUNGGU (sedulur papat). Lantas dimana mereka sekarang? Mereka sekarang sedang mengawasi Anda. Berdzikir mengagungkan asma-Nya. Kita bisa menjadikan mereka sedulur paling akrab bila paham bagaimana cara berkomunikasi dengan mereka.

Bagaimana tidak setia, bila kemanapun kita berada disitu keempatnya berada. Bila kita berjalan, mereka terbang. Bila jasad kita tidur, mereka akan tetap melek ngobrol dengan ruh kita. Maka, saat bangun tidur di siang hari pikiran kita akan merasa fresh sebab ruh kita akan kembali menjejerkan diri kita dengan iradat-Nya. Sayang, saat waktu beranjak siang polusi nafsu/ego lebih dominan sehingga kebeningan akal pikiran semakin tenggelam.
Al - Fatihah


Bismilla Hirrohman nirrohim
Alhamdu         = Rasa
Lillahi  = Cahyo
Robbil  = Nyawa
Alamina         = Napas
Arohmani         = limpa
Arihimi  = Puso
Maliki  = Dada
Yaumiddin = Assallamu Alaikum Jantung
Iyaka  = gigi
Nakbudu         = Perut
Waiyaka         = Bahu Kanan
Nastain  = Bahu Kiri
Ihdinas  = pangucap
Sirotol  = Pok’e ilat (pangkal Lidah)
Ladhina  = budi
An amta         =
Alaihim  = sungsum
Ghoiril   = empedu
Magdubi         = daging
Waladdhoolim = poros
Amin  = zakar


Meskipun Masih dianggap Misteri (ghoib) namun biarkan hati ini yang menjawab dengan jujur tentang arti dan penafsiran Diatas. Hati Tempat terindah untuk menerima Kejujuran. Disana terbiasa aku meringkuk dibawah kaki Ilahi.
 Shalat Syariat iku manembahing raga, sesucine mawa toya (banyu). Yen katrima mahanani makrifating  Syariat  . Tegese weruhe panca indera. Kayata mripat ndeleng gumelare donya nyebabake percaya manawa kabeh mau mesthi ana kang nitahake, yaiku kang sinebut Pangeran utawa Gusti Allah. Kapercayan kang mangkene iki disebut wajibul yakin.
(Shalat Syariat itu menyembahnya Raga, disucikan dengan air. Bila Ketrima Menyebabkan Makrifatnya Syariat, Maksudnya mengetahui secara panca indra. Seperti Mata melihat lebarnya Dunia yang menyebabkan percaya bahwa semua itu pasti ada yang menciptakan, yang disebut Gusti Alloh. Kepercayaan seperti ini disebut Wajibul Yakin)
 Shalat tarekat iku manembahing cipta (ati), sesucine merangi hawa nafsu, sesirik. Yen katrima mahanani makrifating tarekat. Tegese weruhe sipangerti, lire kapercayane kanthi pangerti marang sejatine kang sinebut Pangeran iku, ora mung tiru-tiru wong akeh wae.
Kapercayan ngene iki dirani ainul yakin.
(Shalat Tarekat itu menyembahnya Cipta (Hati), disucikan dengan memerangi hawa nafsu, contohnya kepercayaannya disebabkan karena pengertiannya terhadap yang Sejati yang disebut Alloh tidak hanya latah dan meniru - niru seperti pada umumnya. Kepercayaan seperti ini disebut Ainul Yakin)
SYEKH ABDUL JABBAR AN-NIFFARI (SUFI)

DIA berfirman padaku:
"Aku menatapmu, dan aku senang jika kamu menatap-Ku, namun semua penampakan telah menghalangimu dari Aku, dirimu adalah hijabmu, pengetahuanmu adalah hijabmu, makrifatmu adalah hijabmu, namamu adalah hijabmu, dan tindakan-Ku yg membuat diri-KU kau kenal adalah hijabmu. Karena itu, bersihkan dari hatimu segala sesuatu, dan bersihkan dari hatimu pengetahuan tentang segala sesuatu dan ingatan segala sesuatu. Kapan pun Aku menampilkan sesuatu bagi hatimu, berpalinglah dari penampakannya dan kosongkanlah hatimu dari Aku."

[dari dinding Abi Bhadra Maulana]
 Shalat Makrifat iku manembahing jiwa (roh) kang mawa piranti “rasa jati”, sesucine sarana eneng, ening, awas, lan eling. Yen katrima mahanani makrifating Makrifat. Tegese weruhe si-rasa jati. Lire kapercayan ora kandheg ing pangerti bae. Kapercayan ngene iki diarani haqqul yakin. Ing tataran/tingkatan iki wis wiwit kebuka werna-werna hijab (warana) kang ngaling-alingi antarane titah karo kang nitahake. Nanging ya tingkatan iki kang banget gawate, karana akeh begalane.
(Shalat Makrifat itu menyembahnya Jiwa(Roh), Yang melalui sarana "Rasa Sejati", disucikan dengan cara eneng, ening, awas, lan eling. Bila Ketrima Menyebabkan Makrifatnya Makrifat. Maksudnya mengetahui sang Rasa Sejati. Contohnya kepercayaannya tidak hanya sebatas Pengertian saja. Kepercayaan seperti ini disebut Haqqul Yakin. pada Tingkatan ini sudah mulai terbuka macam - macam Hijab (warana) yang menghalang - halangi  antara Perintah dan Sang pemberi Perintah. Namun pada tingkatan ini sangat gawat / susah sekali, karena banyak penjegalnya.)
 Shalat Hakekat. Iku panembahing sukma. Yaiku jiwa kang kuwasa tanpa piranti (sang alus/urip). Sesucine sarana wairagya, yaiku ngipatake sawernaning gegayuhan apa wae, kajaba mung tumuju marang Pangeran (Allah SWT), yen katrima mahanani makrifating makrifat utawa sejatining makrifat. Lire percaya tanpa piranti, sarta tan kena kinaya ngapa. Iya ing kene tingkatan iki kasebut leburing papan kalawan tulis, cep tan kena kinecap, diarani isbatul yakin, yaiku teteping kapercayan.
(Shalat Hakekat itu menyembahnya Sukma, Yang Jiwa yang Kuasa tanpa sarana (sang Ghoib / Sang Hidup), disucikan dengan cara WAiragya, Yaitu mengesampingkan dan menolak hawa nafsu / keinginan apapun, kecuali hawa nafsu / keinginan yang tertuju pada Alloh. Bila Ketrima Menyebabkan Makrifatnya Hakikat atau sejatinya Hakikat. Contohnya kepercayaannya tanpa butuh alasan, dan tanpa disebabkan oleh apaun. Yaitu Teguhnya sebuah Kepercayaan.

semoga bermanfaat
Mohon maaf bila ada kesalahan