Ngopi Neng Warung

ISTIGHFAR

ISTIGHFAR



🔸Iman Ahmad pernah menceritakan sebuah kisah luar biasa mengenai perjumpaannya dengan seorang hamba yang shalih yang gemar beristighfar.

🔸Pada Suatu hari entah mengapa beliau rahimahullah begitu berkeinginan untuk pergi kesebuah desa. Padahal tidak ada hajat dan juga jaraknya jauh terpencil.

🔸Maka berangkatlah beliau ke kota tersebut. Ketika tiba malam hari selesai shalat isya disebuah masjid, imam Ahmad berniat untuk bermalam disitu.

🔸Namun baru saja beliau merebahkan badannya, marbot masjid tersebut menghardik sang imam. Melarang beliau tidur disitu. Meski berkali-kali imam Ahmad menjelaskan bahwa beliau musafir, marbot tersebut tetap bersikeras melarang beliau tidur di masjid.

🔸Akhirnya beliau bangkit dan menuju teras masjid. Namun ternyata si marbot  membuntuti dan tetap melarang beliau tidur di teras. Rupanya si marbot tidak tahu bahwa yang ia perlakukan tidak layak itu bukanlah gelandangan seperti dugaannya, tapi seorang ulama besar pendiri mazhab Hanbali.

🔸Imam Ahmad menceritakan ia didorong- dorong sedemikian rupa sampai kejalanan. Tiba-tiba dari tempat yang tidak jauh dari tempat kejadian tersebut, seseorang memanggil sang imam, mengajak untuk bermalam di rumahnya.

🔸Singkat cerita bermalamlah sang imam di rumah orang tersebut. Ada hal yang menarik beliau selama bersama orang yang menampungnya itu, yang ternyata berprofesi sebagai pembuat roti. Yakni, dalam segala keadaan, ia begitu banyak  membaca lafadz istighfar.

🔸Ketika sedang duduk, berjalan, bekerja membuat roti dan banyak ativitasnya, dari lisannya tidak putus ucapan lirih astaghfirullah, astagfirullah...

🔸Sampai kemudian imam Ahmad berkata kepada orang tersebut, "Sudah berapa lama engkau lazimi membaca istighfar saudaraku ?"

Orang itu menjawab, "Sudah lama sekali, sejak saya masih muda."

Sang imam kembali bertanya, "Apa buah dari istighfar yang engkau baca  ?"

"Semua keinginan dan harapanku dikabulkan Allah. Tidak ada satupun yang tidak diberikan Allah kepadaku." Jawab orang tersebut.

🔸Setelah diam sejenak, Ia melanjutkan, "Kecuali satu hal, yang sampai sekarang masih belum terkabul."

Imam Ahmad bertanya, "kalau boleh tahu apa itu ?"

Orang tersebut menjawab, "Saya ingin sekali bertemu dengan ulamanya umat ini, hanya tempat yang sangat jauh yang membuat saya tidak bisa bertemu dengannya.
Sebenarnya saya sudah dua kali mencoba untuk menemuinya, namun karena kesibukannya saya belum berhasil. Saya ingin sekali bertemu dengan imam Ahmad bin Hanbal."

🔸Seketika itu imam Ahmad bertakbir. "Allahu akbar, wahai hamba Allah, ternyata karena sebab istighfarmu ini Allah menyeret -nyeret aku datang ke tempat ini !"

🔅"Barangsiapa memperbanyak istighfar, maka Allah akan menghapuskan segala duka laranya, menyelesaikan segala masalahnya dan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangka." (Al Hadits)

Ya, itulah amalan melazimkan istighfar dengan lisan kita yang luarbiasa faedahnya, ringan namun tidak setiap orang bisa melazimkannya dengan istiqomah. Seringkali kita beristighfar hanya pada saat-saat dan kondisi tertentu saja.
Karena kemampuan melazimkan istighfar yang seperti itu tidak sekedar ringannya menggerakkan lisan untuk mengucapkannya namun ia pastilah muncul dari hati yang luar biasa juga.
Bagaimanakah hati kita ?

Semoga Bermanfaat...