Ngopi Neng Warung

Putra Kanjeng Sunan Ampel

KUMENANGIS BACA ULASAN INI
(Di Ambil dari FB Mas Yai Asnawi Ridlwan).
Saya kagum dengan Imam Ahmad Rahmatillah (Kanjeng Sunan Ampel) anaknya ada 11, Putra-putrinya menjadi orang-orang yang sangat luar biasa, yaitu:
1. Sayyid Hasyim atau Maulana Qosim (Kanjeng Sunan Drajad), ahli ekonomi, ahli tasawuf, ahli sastra dan seniman.
Menurut Syaikhina Maulana al-Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, dalam Kitab Sejarah Walisongo yang berasal dari catatan KHR. Abdullah bin Nuh Bogor, diterangkan bahwa Kanjeng Sunan Drajat adalah Bapak pendiri Al-Aitam Pertama (Rumah Yatim Pertama).
Kanjeng Sunan Drajat Pendiri rumah yatim pertama bedanya tidak membuat bangunan. Yang mengumpulkan anak yatim pertama. Tiap hari di temui setiap rumahnya yang ada yatimnya kemudian dikumpulkan di Masjid, maghrib diajak belajar, isya' sudah makan bersama kemudian diajak pulang kerumahnya masing masing. Melakukan itu semua setiap hari, kantongnya tidak pernah rapat.
Makanya sejak wafatnya Kanjeng Sunan Drajat, dari anak anak sampai orang orang tua semuanya menangisi karena kehilangan seorang pengayom dan pelindung umat. Karena Sunan Drajat Mengikuti sunahnya Kanjeng Nabi Saw.
2. Gurunya para Ratu, gurunya para Wali dan Ulama', gurunya para Senopati, Sulthan, Adipati, dan para santri. Yaitu Al Imam Quthbil Ghaust Sayyidi Ibrahim Alias Kanjeng Sunan Bonang. Sampai ada pepatah, kalau kamu masuk ke Jawa tidak Ziarah ke Tuban, sama saja kamu masuk Madinah tetapi tidak bisa Ziarah ke Kanjeng Nabi Saw. Itu menunjukkan pangkatnya Kanjeng Sunan Bonang.
3. Orang yang paling terkenal, Orang yang sangat arif bijaksana dalam menentukan hukum menjadi peranan di Demak, yaitu Sayyid Zainal Abidin (Kanjeng Sunan Qodhi Demak),
4. Ahli ekonomi, yang berhasil luar biasa, ahli fiqih dan muhaddits, yaitu Al-Imam Sunan Kudus (Imam Asqolani, Ibnu Hajarnya tanah Jawa). Yang diterapkan Kanjeng Sunan Kudus, sehingga Pangeran Poncowati tunduk kepada Kanjeng Sunan Kudus karena Kanjeng Sunan Kudus melarang hari raya besar memotong sapi, bukan mengharamkan. Karena Mayoritas pada waktu itu agamanya Hindu. Kanjeng Sunan Kudus tidak mau melukai diantara agama, menjaga kesatuan dan persatuan dan menjaga bagaimana rahmatal lil 'alamin. Dengan sajak dan sastranya, pidatonya Beliau Radhiallahu ta'ala anhu tentang masalah sapi, dengan mengetahui kebijakan yang luar biasa, langsung Pangeran Poncowati taslim, menyerahkan kerajaannya kepada Kanjeng Sunan Kudus Bin Ahmad Rahmatillah (Kanjeng Sunan Ampel). Salah satu Nasab ada yang bilang kalau Kanjeng Sunan Kudus adalah anak dari Sunan Usman Haji. Tapi saya melihat dari kitab Maktab Daimi maupun di Mesir dan ahli Nasab semua mengakui anak dari Kanjeng Sunan Ampel.
5. Sayyidi Abdul Jalil (Sunan Bagus Jepara), seorang tasawuf, sufi tapi fuqaha yang luar biasa.
6. Sayyid Ahmad Husyamuddin (Sunan Lamongan), waktu lahirnya persis sama seperti wafatnya Kanjeng Sunan Ampel. Makanya dinamai Ahmad bin Ahmad. Ahmad Husyamuddin Bin Ahmad Rahmatillah, itu adat orang Arab. Kalau ditinggal wafat oleh Ayahnya pasti dinamai sama dengan Ayahnya.
7. Putrinya Kanjeng Sunan Ampel, Waliyyah, Khafizhoh, Alimah, Sayyidah 'Asyiqoh binti Ahmad Rahmatillah, yang menjadi istrinya Maulana Sulthan Abdul Fatah Demak.
8. Dewi Ruqoyyah, istrinya Al Imam Muhammad Ainul Yaqin (Kanjeng Sunan Giri).
9. Dewi Aisyah, istrinya Maulana Syarif Hidayatullah (Kanjeng Sunan Gunung Jati).
10. Dewi Muthmainnah, istri dari alim alimnya para Walisongo di jaman itu, yaitu Sayyid Abdurrahman Ar Rum.
11. Dewi Hafshah, Istri dari Sayyid Ahmad Ibnu Yahya Al-Yamani.
Inilah yang saya kagum, putra putrinya menjadi orang yang sangat luar biasa. Itulah tanda, bagaimana generasi tua bisa melahirkan generasi penerus yang luar biasa.
Mudah mudahan ini menjadi contoh bagi kita semua, mampukah atau tidak akan bisa melahirkan generasi penerus pembangunan agama, umat dan bangsa ini hingga lahirlah bangsa bangsa, umat umat indonesia siap menjawab tantangan umat dan bangsa, sehingga kita tidak menjadi golongan yang mengecewakan sesepuh, leluhur dan para ulama kita. Semoga kita tidak menjadi orang orang yang mengecewakan Baginda Nabi Saw, Ulama, dan leluhur-leluhur kita. Wallahu a'lam.
───────────────────────
Mauizhah hasanah dari Syaikhina Maulana al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, Rais Aam Idarah Aliyah Jam’iyyah Ahlith Thoriqah al- Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN) saat Haul Kanjeng Sunan Ampel Surabaya.

No comments:

Post a Comment