Ngopi Neng Warung

METODE SANTRI DALAM NGAJI KITAB KUNING AGAR TIDAK GAGAL FAHAM

METODE SANTRI DALAM NGAJI KITAB KUNING AGAR TIDAK GAGAL FAHAM


1. Ijtihad memahami pelajaran:
ﻭﻳﻨﺒﻐﻰ ﺃﻥ ﻳﺠﺘﻬﺪ ﻓﻰ ﺍﻟﻔﻬﻢ ﻋﻦ ﺍﻷﺳﺘﺎﺫ ﺑﺎﻟﺘﺄﻣﻞ ﻭﺑﺎﻟﺘﻔﻜﺮ ﻭﻛﺜﺮﺓ ﺍﻟﺘﻜﺮﺍﺭ، ﻓﺈﻧﻪ ﺇﺫﺍ ﻗﻞ ﺍﻟﺴﺒﻖ ﻭﻛﺜﺮﺓ ﺍﻟﺘﻜﺮﺍﺭ ﻭﺍﻟﺘﺄﻣﻞ ﻳﺪﺭﻙ ﻭﻳﻔﻬﻢ . ﻗﻴﻞ: ﺣﻔﻆ ﺣﺮﻓﻴﻦ ﺧﻴﺮ ﻣﻦ ﺳﻤﺎﻉ ﻭﻗﺮﻳﻦ، ﻭﻓﻬﻢ ﺣﺮﻓﻴﻦ ﺧﻴﺮ ﻣﻦ ﺣﻔﻆ ﺳﻄﺮﻳﻦ . ﻭﺇﺫﺍ ﺗﻬﺎﻭﻥ ﻓﻰ ﺍﻟﻔﻬﻢ ﻭﻟﻢ ﻳﺠﺘﻬﺪ ﻣﺮﺓ ﺃﻭ ﻣﺮﺗﻴﻦ ﻳﻌﺘﺎﺩ ﺫﻟﻚ ﻓﻼ ﻳﻔﻬﻢ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﺍﻟﻴﺴﻴﺮ.
"Pelajar / santri  hendaknya ijtihad /  mencurahkan kemampuannya dalam:
a.  Memahami pelajaran dari guru.
b. Ta-ammul darsi / angan-angan pelajaran.
c. Tafakkur ilmu / fikir-fikir ilmu.
d. Katsrah takror / banyak mengulang pelajaran karena bila pelajaran yang baru itu  sedikit dan sering diulang-ulang sendiri, akhirnyapun dapat idrok dan faham.
Maqolah mengatakan:
a. "Hafal dua kalimat lebih baik daripada mendengarkan dua muatan pelajaran tanpa hafal"
b. "Memahami dua kalimat lebih baik daripada menghapal dua sathar  pelajaran" (mendengar, hafal, kemudian faham)
Apabila seseorang telah pernah satu atau dua kali mengabaikan / tahawun fi ta'allum / takasul / malas dan tidak mau berusaha / ijtihad, maka menjadi terbisakan / adat takasul dan menjadi tidak bisa faham kalimat yang sedikit" (az-Zarnuji, Ta'limul Muta'allim, h. 29)
2. Metoda Menghafal Pelajaran:
ﻭﻳﻨﺒﻐﻰ ﻟﻄﺎﻟﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺃﻥ ﻳﻜﺮﺭ ﺳﺒﻖ ﺍﻷﻣﺲ ﺧﻤﺲ ﻣﺮﺍﺕ, ﻭﺳﺒﻖ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﺍﻟﺬﻯ ﻗﺒﻞ ﺍﻷﻣﺲ ﺃﺭﺑﻊ ﻣﺮﺍﺕ, ﻭﺍﻟﺴﺒﻖ ﺍﻟﺬﻯ ﻗﺒﻠﻪ ﺛﻼﺛﺎ,  ﻭﺍﻟﺬﻯ ﻗﺒﻠﻪ ﺍﺛﻨﻴﻦ, ﻭﺍﻟﺬﻯ ﻗﺒﻠﻪ ﻭﺍﺣﺪﺍ ﻓﻬﺬﺍ ﺃﺩﻋﻰ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺤﻔﻆ.
"Patut bagi santri selalu takror / mengulang:
a. Pelajaran hari kemarin / sabaq amsi diulang 5 kali.
b. Pelajaran hari kemarin  lusa ditakror 4 kali.
c. Pelajaran hari kemarin lusanya lagi diulang 3 kali.
d. Pelajaran hari sebelum itu diulang 2 kali.
e. Pelajaran hari sebelumnya lagi ditakror satu kali. Metode ini lebih menghasilkan hafal pelajaran"
ﻭﻳﻨﺒﻐﻰ ﺃﻥ ﻻ ﻳﻌﺘﺎﺩ ﺍﻟﻤﺨﺎﻓﺔ ﻓﻰ ﺍﻟﺘﻜﺮﺍﺭ ﻷﻥ ﺍﻟﺪﺭﺱ ﻭﺍﻟﺘﻜﺮﺍﺭ ﻳﻨﺒﻐﻰ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﻘﻮﺓ ﻭﻧﺸﺎﻁ، ﻭﻻ ﻳﺠﻬﺮ ﺟﻬﺮﺍ ﻳﺠﻬﺪ ﻧﻔﺴﻪ ﻛﻴﻼ ﻳﻨﻘﻄﻊ ﻋﻦ ﺍﻟﺘﻜﺮﺍﺭ، ﻓﺨﻴﺮ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﺃﻭﺳﻄﻬﺎ . ﻭﺣﻜﻰ ﺃﻥ ﺃﺑﺎ ﻳﻮﺳﻒ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﺬﺍﻛﺮ ﺍﻟﻔﻘﻪ ﻣﻊ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﺑﻘﻮﺓ ﻭﻧﺸﺎﻁ، ﻭﻛﺎﻥ ﺻﻬﺮﻩ ﻋﻨﺪﻩ ﻳﺘﻌﺠﺐ ﻓﻰ ﺃﻣﺮﻩ ﻭﻳﻘﻮﻝ : ﺃﻧﺎ ﺃﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﺟﺎﺋﻊ ﻣﻨﺬ ﺧﻤﺴﺔ ﺃﻳﺎﻡ، ﻭﻣﻊ ﺫﻟﻚ ﻳﻨﺎﻇﺮ ﺑﻘﻮﺓ ﻭﻧﺸﺎﻁ.
"Hendaknya santri itu tidak membiasakan bosan / mukhofatah / ikhfa' dalam tikror darsi karena belajar dan takror sepatutnya dengan kekuatan dan semangat (surur / hapy dan thibun nafsi / hati yang bersih)    Namun jangan terlalu keras yang bisa  menyusahkan dirinya yang menyebabkan tidak bisa belajar dan takror lagi. Segala sesuatu yang terbaik adalah yang sedang-sedang saja. Suatu hikayat menceritakan, bahwa suatu saat Syaikh Abu Yusuf sedang mengikuti mudzakarah fiqh bersama fuqoha' dengan suara kuat dan penuh semangat. Lalu dengan rasa heran, iparnya / menantunya berkata: "Saya tahu Abu Yusuf telah lima hari kelaparan, tapi ia tetap munadharah dengan suara keras dan penuh semangat" (Ta'limul Muta'allim h. 34)
3. Mudzakarah Munadharah Dan Mutharahah:
ﻭﻻ ﺑﺪ ﻟﻄﺎﻟﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺬﺍﻛﺮﺓ، ﻭﺍﻟﻤﻨﺎﻇﺮﺓ، ﻭﺍﻟﻤﻄﺎﺭﺣﺔ، ﻓﻴﻨﺒﻐﻰ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﻞ ﻣﻨﻬﺎ ﺑﺎﻹﻧﺼﺎﻑ ﻭﺍﻟﺘﺄﻧﻰ ﻭﺍﻟﺘﺄﻣﻞ، ﻭﻳﺘﺤﺮﺯ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﻐﺐ ‏[ ﻭﺍﻟﻐﻀﺐ ‏] ، ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻤﻨﺎﻇﺮﺓ ﻭﺍﻟﻤﺬﺍﻛﺮﺓ ﻣﺸﺎﻭﺭﺓ، ﻭﺍﻟﻤﺸﺎﻭﺭﺓ ﺇﻧﻤﺎ ﺗﻜﻮﻥ ﻻﺳﺘﺨﺮﺍﺝ ﺍﻟﺼﻮﺍﺏ ﻭﺫﻟﻚ ﺇﻧﻤﺎ ﻳﺤﺼﻞ ﺑﺎﻟﺘﺄﻣﻞ ﻭﺍﻟﺘﺄﻧﻰ ﻭﺍﻹﻧﺼﺎﻑ، ﻭﻻ ﻳﺤﺼﻞ ﺑﺎﻟﻐﻀﺐ ﻭﺍﻟﺸﻐﺐ.
Seorang santri  seharusnya melakukan:
a. Mudzakarah (forum saling mengingatkan ilmu).
b. Munadharah / mubahatsah (forum saling diskusi ilmu).
c. Mutharahah (fokur tukar fikiran tentang ilmu). Hal ini dilakukan atas dasar keinsyafan / inshof, kalem / ta'anni  dan ta-ammul / penghayatan, serta menghindari hal -hal yang berakibat negatif / syaghob (dan emosi). Munadharah dan mudzakarah adalah cara dalam melakukan musyawarah, sedang permusyawaratan itu sendiri dimaksudkan guna mencari kebenaran. Karena itu, harus dilakukan dengan penghayatan, kalem dan penuh keinsyafan. Tidak akan berhasil, bila dilaksanakan dengan cara kekerasan / emosi  dan motif yang tidak baik" (Ta'limul Muta'allim h. 30)

No comments:

Post a Comment