Ngopi Neng Warung

Ternyata Indonesia lebih materialis

Bangsa Indonesia terkenal karena masyarakatnya yang taat pada agama masing-masing. Kebanyakan agama mengajarkan untuk menempatkan dunia atau materi hanya sekedar alat untuk mendekatkan diri pada TUhan. Selain itu, manusia Indonesia juga terkenal berbudi luhur, peduli, gotong royong, toleran dan suka membantu saudaranya.

Entah karena apa, pandangan itu kian lama kian samar-samar. Sekarang ini, setiap gerak orang indonesia selalu dinilai dengan uang dan uang. Atau tidak jauh dari materi. Guru mau mengajar jika di gaji besar. Dokter mau menolong pasien jika ada uang jaminan. Rumah sakit mau merawat pasien yang punya uang. Pejabat mau jadi pejabat jika gaji dan tunjangan besar plus korupsi. Wakil rakyat mau turun ke masyarakat jika ada uang jalan. Perangkat desa mau tanda tangan jika ada uang. Rapat mau hadir jika ada uang saku.
Orang mau membantu jika ada imbalannya. Ini merupakan gejala umum. Agak sulit sekarang ini ada kyai yang mau ceramah tanpa diberi amplop. Memang ada beberapa kasus tidak wajar dan pengecualian.
Kalau budaya ini terjadi di amerika yang memang negara sekuler atau rusia yang atheis tidak masalah. Ini terjadi di bumi Indonesia. Disini agama dan tokoh agama mengajarkan adanya dua dunia, yaitu dunia sekarang ini dan dunia nanti atau akherat. Selain itu, selalu diajarkan, jangan lah melihat sesuatu dari kacamata uang atau materi saja. Lihat juga sifat rokhani, jiwa, iman, pengabdian pada tuhan.
Memang, bekal untuk ibadah dan hidup adalah materi. Tetapi materi itu bukan tujuan. Materi adalah salah satu alat saja. Kalau dilihat dari budaya orang barat yang jadi turis atau melihat kehidupan mereka, ternyata mereka sangat menikmati hidup tanpa mendewakan materi. Mereka jadi pelaut, peneliti, pemadam kebakaran, olah ragawan, tentara, pejabat, presiden, dll karena panggilan jiwa, pengabdian, hobi, dll.
Jadi bukan hanya karena uangnya besar, tetapi ada kepuasan. Ada kebanggaan, ada patriotisme dan ada iman.
Padahal, hidup ini memang harus kita nikmati dalam kondisi apapun. Jika kita bisa menikmat hidup ini berarti kita sudah bersyukur. Kalau kita puas pada hidup kita, Tuhan tentu senang memberikan kehidupan bagi kita.
Jangan sampai kita gelisah, rakus, tamak, pikiran kacau karena sangat egois, materialis, individuali, berlomba dalam menumpuk harta.
Nikmati episode hidup, bersyukur, bermanfaat bagi banyak orang, dan percaya anugerah TUhan.

No comments:

Post a Comment