Ngopi Neng Warung

KEDANAN, SUPAYA KEBAGIAN

Sulit sekali bikin judul yang mewakili isi tulisan ini. Tidak semudah menjelaskan makna kedanan itu sendiri. Kedanan berasal dari Bahasa Jawa, “edan” yang bermakna gila, gendeng, sakit jiwa, lupa diri. Ditambah imbuhan ’ke’ didepannya, menjadi ”kedanan” yang berarti senang berlebihan, mencintai melebihi dosis atau gandrung (istilah apa lagi ini... he. He he..). Memang kalau gak keturunan raja-raja jawa kuno, agak susah memahami bahasa ini.
Meski kita lahir, hidup dan bergaul di tanah jawa, kita lebih fasih Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris atau Bahasa Arab. Saking fasih-nya, kalau gak mengucapkan : OK, FB, OL,ML, CD, CD, PC, NB kita ketinggalan jaman alias kuno bin rombeng.
Sudahlah, gak perlu membahas tema itu. Gak ada yang bayar. Mending kita bahas judul diatas. Sudah lama ada istilah : jaman edan, kalau gak edan ora keduman. Meski begitu, apakah yang membuat istilah itu pernah edan ? apalagi yang ikut aliran itu. Setelah lama saya hidup dan mengamati keadaan sekitar, kadang muncul pertanyaan yang mendasar. Siapa sebenarnya orang edan itu ?
Apalagi sewaktu ngopi diwarung depan Dinkes Utara plus ngobrol ngetan ngulon sama Dian dan Endro. Bisa-bisa pikiran tambah munyeng. Aku penasaran juga. Mereka berdua itu kategori mana ya. Coba bantu aku menganalisa mereka berdua.
Kita lihat Dian dulu. Sosok pejuang dari timur ini memang sudah teruji ketangguhan dan daya tahan tubuhnya. Tidak mudah sakit, tidak mudah mengantuk, tidak mudah menangis, tidak mudah marah, tidak mudah tidur, tidak mudah lelah. Sebaliknya, Dian mudah kalau diajak makan diwarung, mudah merokok, mudah minum kopi, mudah ditanya komputer. Dimanapun dan kapanpun ada kerusakan komputer, dian selalu ready. masalah internet, jaringan, Komputer, printer, dll pasti dijawabnya. Entah itu benar atau salah, aku manggut-manggut saja. aku penasaran, apa dian kedanan ? kalau ya, dia kedanan apa ? masak komputer bisa bikin edan.
Satu lagi si Endro, sosok satu ini sudah terkenal dalam dunia telematika. Meskipun, dari kacamata media kurang popular dibanding Roy Suryo-no (mantri puskesmas tanjung). …he he …jangan marah om, cuma nyubit. Tapi dari teori, penalaran, logika, kesabaran, kejelian dan dedikasi patut diacungi jempul (kaki). Bagaimana tidak …!!! Simpus yang berasal dari ngawi, bisa rubah total seakan-akan Simpus asli Pacitan.
Bahkan orang Ngawi (Pak Sipur dan Pak Sanusi) sampai lupa. Padahal gurunya sangat mahir dan jago dan tidak menurunkan semua ilmunya pada Endro. Kalau mau jujur, salah satu murid teladan ya Endro ini. Melebihi kemampuan mahagurunya. Kalau di persentase, 99 % Simpus Pacitan itu modifikasi Endro, sisanya 1 % warisan yang gak bisa dirubah dari Ngawi. Memang aneh Pak Sanusi, sebagai guru kok tega-teganya menyembunyikan satu password sehingga Simpus Pacitan kalau dirubah jadi simpus nama lain (contoh=’ngayogyokarto’) tidak mau jalan. Gak apa-apalah, namanya guru biasanya selangkah lebih maju.
Ini bukti ke-ampuh-an Endro. Penggabungan simpus di puskesmas, laporan puskesmas, MTBS, menu riwayat penyakit dan penggabungan simpus di tingkat kabupaten, bisa dipastikan lebih sempurna dari Simpus Ngawi (sory Pak Pur dan Pak Sanusi, maksudnya paling sesuai kebutuhan Pacitan). Endro ini juga aku ragukan, apa termasuk kedanan. Soalnya, setiap aku minta perubahan simpus, selalu bisa dipenuhi dengan cepat dan tepat. Kapan dia tidurnya ya… ?
Kita sudahi saja membahas dua manusia itu. Takut menggangu privasi dan proyek pribadi. Kita mulai pengembaraan ini di obyek lain. Kedanan ini mungkin juga menjangkiti senior dan juniorku. Ada satu kisah menarik. Oknum ini sudah mau pensiun, sudah baranak cucu, sudah beruban, sudah gemetar jika melihat Syahrini. Tapi sejak punya hp baru dan sudah menguasainya, dia hampir tiap hari menelepon dan ditelepon. Tidak pernah sekalipun menerima dan mengirim sms ( karena memang tidak bisa !!).
Jadi, pagi-pagi sekali dikantor sudah pegang telpon di tangan kiri dan dipasang ditelinga kiri sambil menulis laporan. Beberapa jam kemudian keluar di parkiran, tidak lupa menelepon sambil pegang stir sepeda motor. Setelah itu keliling desa. Pulang dari desa, di parkiran menerima telpon, bicara sendiri entah dengan siapa telpon. Setelah itu sambil membereskan tas dan buku, tetap memegang telpon dan bicara sendiri. Sesekali nyletuk dan bicara dengan temannya, tanpa memutus telponnya. Agak siang, sewaktu temannya mau pulang, dengan tetap menelepon, dia mengunci pintu dan mengembalikan kunci. Itu berlangsung berhari-hari bahkan berbulan bulan. Sampai-sampai ada yang bertanya, dengan siapa dia menelepon. Tentu saja tidak dijawab dengan jujur. Cuma senyum kecil plus jawaban standar. Tapi begitu, ada istilah : meskipun ora, tetep wae diarani. (artinya = meskiupun tidak melakukan apa-apa atau kesalahan, tetap saja di tuduh atau didakwa). Jadi temennya tetap saja menganggap dia punya selingkuhan.
Ada lagi yang kedanan mobil. Setelah membeli mobil untuk pertama kali, ada yang rela tidur di mobil karena kedanan dan senang sekali. Ada juga yang rela panas dan hujan membuat kandang ayam. Ada yang rela malam hari badminton meskipun istrinya tidur sendirian.
Meskipun dari fenomena itu kelihatan wajar dan menyenangkan, tapi ada sisi aneh juga. Contohnya, cowok ini sudah mapan dan bahagia. Masih muda pula. Punya anak dan istri. Uang menumpuk dan bisnis OK. Ilmu dan pengalaman OK. Tidak ada masalah yang berarti. Tiba-tiba, dia kedanan cewek lain yang statusnya gak jauh beda. Apapun diberikan, kapanpun dilayani dan berapapun harganya dibayar (bukan jual beli lo…). Aku piker, kalau ini kategorinya apa ya… kedananan atau pura-pura waras ?
Setelah aku jelajahi internet dan buku-buku membahas orang besar dan sukses, rata-rata mereka memang ‘gila’. Bahkan Purdi E Chandra sampai menulis buku tentang “Cara Gila Jadi Pengusaha”. Ternyata kedanan ini bikin orang tidak suka tidur, bikin kreatif, bikin semangat, bikin orang berani, menemukan jalan keluar dan ujung-ujungnya bikin orang “sukses”. Maksudnya sukses dalam arti sebenarnya maupun sukses “berantakan”.
Trus, apa ke-waras-an (tidak kedanan) tidak bikin orang sukses ? tentu saja tidak demikian. Dalam dunia ketidak pastian ini, selalu ada pengecualian. Jadi, orang yang kuat adalah yang bisa menyesuaikan diri. Termasuk bisa kedanan atau kewarasan. Cuma, mayoritas (kira-kira 99% kedanan menyumbang sukses terbanyak). Sekarang tinggal kita sebagai manusia lumrah, wajib memilih supaya tidak dipilihkan orang lain. Kalau kita yang milih, meskipun salah, kita tetap bangga. Ya gak ? (….menyesal kemudian / urusan belakangan ..)

No comments:

Post a Comment