Ngopi Neng Warung

Jerat kapitalisme

Jerat mematikan sekulerisme-kapitalisme sudah nyata. Hanya saja ideologi satu ini memang licin. Racunnya tidak terasa tapi merusak syaraf otak sehingga umat tidak bisa berpikir jernih, dan badan tidak terasa meriang.

Kapitalisme bisa mengkamuflase kebatilan terasa nikmat bak sepotong tiramisu dingin.
Kalau sosialisme-komunisme secara frontal menyerang agama, bahkan menculik dan membunuhi tokoh agama, ideologi sekulerisme-kapitalisme justru membelai dan memanjakan agama dan tokoh-tokoh agama. Itu tidak lepas dari sekulerisme sebagai akidah jalan tengah, kompromi antara agama dan dunia. Agama boleh tetap ada, tapi jangan terlalu campur tangan urusan dunia apalagi politik dan kekuasaan.
Ratusan bahkan ribuan mesjid boleh dibuka, bahkan difasilitasi, ceramah keagamaan boleh masuk tivi bahkan ke ruang istana, tapi jangan menuntut kekuasaan berbasis agama. Cukuplah kekuasaan agama diwakili anggota parlemen tapi jangan mengusik konstitusi apalagi punya pikiran untuk mengganti ideologi ini.

Kapitalisme menawarkan setengah ‘surga’ untuk kaum agamawan. Bank-bank syariah bisa eksis begitupula sistem riba khas kaum kapitalis. Jilbab dan cadar silakan bertebaran, tanpa perlu mengusik hot pants. Pernikahan tetap ada sebagai opsi selain gaya hidup cinta satu malam.

Kalau di antara ajaran sosialisme-komunisme ada yang berprinsip semua dikuasai negara, dalam kapitalisme semua bisa jadi bahan bancakan para pengusaha. Para wakil rakyat dengan suara demokratis bisa mensahkan perundang-undangan, agar para penjarah bisa menguasai sumber daya alam. Namun umat seperti tak melihat penjarahan nyata yang lewat di depan mata dan telinga mereka. Sehingga penjarahan demi penjarahan terus berkelanjutan nyaris tanpa perlawanan.

Kaum ideologis kapitalisme ini juga bisa lihai memainkan isu untuk menjatuhkan lawan-lawan. Terhadap rival mereka, komunisme, dihembuskan angin ancaman agar kaum agamawan memberikan perlawanan. Waktu yang bersamaan mereka juga tiupkan ancaman radikalisme dan kekhilafahan, semata agar ideologi sekulerisme-kapitalisme ini tetap eksis menjulang.

Itulah sebabnya sekulerisme-kapitalisme panjang umur ketimbang rival mereka sosialisme-komunisme. Kapitalisme pandai bersiasat dengan kaum agamawan, bermain karet tarik ulur. Mereka tahu kapan kapan mengendorkan ideologi dan kapan mengetatkannya. Sikap politik kapitalisme bertemu dengan prinsip pragmatisme sebagian muslim; ‘daripada nggak?’, ‘daripada dikuasai nonmuslim’, dan prinsip daripada demi daripada itu yang akhirnya melanggengkan kekuasaan ideologi Kapitalisme.

Intinya, kapitalisme bisa mengakomodir sebagian kemauan kaum agamawan. Ini yang membuat sebagian muslim masih tetap merasa aman dan nyaman bernaung di bawah ideologi yang sama rusaknya dengan sosialisme-komunisme

No comments:

Post a Comment