Buku:
*Amaliyah Nahdliyin (Tradisi-tradisi utama warga NU)* karangan *KH. Munawir Abdul Fattah* (tahun 2008)
Nahdlatul Ulama diakui sebagai organisasi terbesar di Indonesia,bukan hanya terletak pada jumlah anggotanya yang besar. Tapi lebih dari itu, Kebesaran NU juga terlihat dalam tiga pilar dimensi berikut :
1. Kebesaran tradisi pemikiran keagamaannya yang terkodifikasi dalam berbagai literatur *kitab kuning* dan dikaji secara terus-menerus selama ribuan tahun sejak awal perkembangan islam. Tradisi ini dikenal dengan istilah *tradisi fiqih*.
2. Kebesaran dan keagungan tradisi spiritualitasnya yang termanifestasi dalam berbagai gerakan *tariqah mu'tabaroh*.
*Tradisi tariqah* ini juga memiliki ketersambungan yang tidak terputus dalam konteks pewarisan nilai-nilai dan ajaran sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
3. Kebesaran tradisi kesehariannya dalam bentuk amaliah-amaliah ibadah dan ijtima'iyyah yang menggabungkan *tradisi pemikiran dan tradisi spiritualitas* dengan budaya masyarakat setempat.
Menurut buku tersebut kalau merasa/mengaku NU harus meresapi 3 pilar amaliyah tersebut dan jadi amaliyahnya... kalau tidak ya berarti hanya merasa/mengaku.
Bagaimana pendapat para asatidz dan para kyai?
Apakah benar demikian?
*Amaliyah Nahdliyin (Tradisi-tradisi utama warga NU)* karangan *KH. Munawir Abdul Fattah* (tahun 2008)
Nahdlatul Ulama diakui sebagai organisasi terbesar di Indonesia,bukan hanya terletak pada jumlah anggotanya yang besar. Tapi lebih dari itu, Kebesaran NU juga terlihat dalam tiga pilar dimensi berikut :
1. Kebesaran tradisi pemikiran keagamaannya yang terkodifikasi dalam berbagai literatur *kitab kuning* dan dikaji secara terus-menerus selama ribuan tahun sejak awal perkembangan islam. Tradisi ini dikenal dengan istilah *tradisi fiqih*.
2. Kebesaran dan keagungan tradisi spiritualitasnya yang termanifestasi dalam berbagai gerakan *tariqah mu'tabaroh*.
*Tradisi tariqah* ini juga memiliki ketersambungan yang tidak terputus dalam konteks pewarisan nilai-nilai dan ajaran sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
3. Kebesaran tradisi kesehariannya dalam bentuk amaliah-amaliah ibadah dan ijtima'iyyah yang menggabungkan *tradisi pemikiran dan tradisi spiritualitas* dengan budaya masyarakat setempat.
Menurut buku tersebut kalau merasa/mengaku NU harus meresapi 3 pilar amaliyah tersebut dan jadi amaliyahnya... kalau tidak ya berarti hanya merasa/mengaku.
Bagaimana pendapat para asatidz dan para kyai?
Apakah benar demikian?
No comments:
Post a Comment