Manusia
hidup menjejakkan kaki di bumi dan beratapkan langit Allah. Manusia
makan dari tumbuhan dan binatang ternak yang Allah ciptakan. Manusia
minum dari air ciptaan Allah. Bernafas pun udara ciptaan Allah juga.
Itulah hakikat kehidupan manusia di dunia ini. Pertanyaannya,
mengapa
manusia tidak mau hidup menurut aturan yang telah Allah tentukan?
Bayangkan ada seorang yang menggunakan peralatan elektronik atau mesin
tidak sesuai prosedur pemakaian yang telah ditetapkan oleh pabrik
pembuatnya. Tentu kerusakanlah jawabannya.
Allah berfirman:
“Lahirlah kerusakan di lautan dan di daratan akibat dari tangan-tangan manusia”
[Q.S. Ar Rum : 41]
Kerusakan
di laut dan di darat telah kita rasakan bersama akibat manusia-manusia
yang hidup dimuka bumi ciptaan Allah ini tetapi tidak mau mengikuti
aturan Allah. Manusia-manusia seperti ini Allah cap dengan gelaran kafir
atau dzalim atau fasik, sebagaimana firman Allah:
“Barang siapa yang tidak berhukum dengan hukum dari Allah maka sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir”
[Q.S. Al Maidah : 44]
“Barang siapa yang tidak berhukum dengan hukum dari Allah maka sesungguhnya mereka adalah orang-orang zalim”
[Q.S. Al Maidah : 45]
“Barang siapa yang tidak berhukum dengan hukum dari Allah maka sesungguhnya mereka adalah orang-orang fasiq”
[Q.S. Al Maidah : 46]
Supaya
manusia bias hidup di dunia ini seperti yang dikehendaki Allah (sesuai
Al Quran dan As Sunnah) maka manusia perlu menjalani Syariat, Tarekat,
Hakikat dan Makrifat.
Syariat
Syariat
adalah peraturan lahir dan batin atau hukum Allah yang telah ditetapkan
dalam Al Qur’an dan dijelaskan oleh hadis Rasulullah SAW. Hukum Syariat
terdiri dari lima hukum, yaitu wajib, sunat, haram, makruh dan mubah.
Syariat
Allah yang terdiri dari lima hukum itu, kalau membahas mengenai
persoalan keyakinan dan aqidah, disebut tauhid. Bila membahas persoalan
lahiriah seperti berpakaian, perdagangan, tatacara shalat disebut fiqih.
Kalau syariat itu kalau membahas mengenai persoalan hati, nafsu, batin
atau rohani disebut tasawuf.
Tauhid,
fiqih dan tasawuf tidak dapat dipisahkan, ketiganya harus dipelajari,
difahami dan diamalkan, misalnya dalam shalat, ketiganya harus diamalkan
secara serentak.
Fiqihnya : Berdiri, rukuk, sujud dalam setiap bacaan dan perbuatan dalam shalat
Tauhidnya : Yakin dengan Allah Yang Maha Melihat
Tasawufnya : Khusyuk, faham setiap bacaan dan rasa tadharuk dengan Allah.
Ketiganya tidak dapat dipisahkan, Imam Malik r.a berkata :
“Barang
siapa yang semata-mata berfiqih tetapi tidak bertasawuf, dia akan jatuh
fasiq. Barang siapa yang bertasawuf tetapi tidak berfiqih, dia akan
jatuh zindiq (kafir)”.
Tarekat
Tarekat artinya jalan.
Tarekat terbagi dua :
Tarekat
wajib yaitu syariat yang berbentuk teori kemudian diamalkan
sungguh-sungguh. Contoh: bertarekat dalam shalat maknanya kita belajar
ilmu tentang shalat kemudian melaksanakan shalat seperti yang kita
pelajari.
Tarikat
sunat. Seperti tarekat Alawiyah, Satariah, Qadariah, Naqsabandiyah,
Muhammadiyah dan lain-lain, yaitu kita mengamalkan disiplin wirid-wirid,
shalawat-shalawat tertentu yang disusun oleh ulama-ulama terdahulu yang
tersambung dengan Rasulullah saw.
Tarekat
wajib, memang wajib bagi setiap orang untuk mengamalkannya. Tarekat
sunat banyak diamalkan oleh orang yang bercita-cita mendidik diri dan
oleh ulama-ulama yang haq.
Sebaiknya
kita juga mengamalkan tarekat sunat untuk memudahkan jalan kita menuju
Allah. Orang yang mengamalkan tarekat sunat ini akan dibantu dalam
bermujahadah melawan nafsu dan mendidik hati ke arah taqwa. Perlu
diingat dalam kita mengamalkan tarekat sunat, kita tidak boleh
meninggalkan tarekat wajib, karena amalan sunat tidak akan memiliki
nilai apa-apa tanpa mengerjakan amalan wajib.
Hakikat
Setelah
seseorang itu bersyariat dan bertarekat sungguh-sungguh dia akan dapat
rasa Hakikat, yaitu rasa yang Allah jatuhkan ke hati hambaNya yang Dia
pilih dan kehendaki. Orang ini tidak lagi memiliki sifat mazmumah (sifat
jahat). Sifat-sifat mahmudah (terpuji) menghiasi dirinya, seperti rasa
syukur, redha, zuhud, tawakal, pemurah, dan lain-lain. Jiwanya tidak
terpengaruh dengan perubahan suasana. Allah letakkan dalam hatinya rasa
tenang dan damai. Firman Allah :
“Ketahuilah dengan mengingati Allah itu hati akan tenang”
[Q.S. Ar Rad : 128]
Orang
berzikir yang mendapat ketenangan itu mulutnya menyebut Allah, hati
merasakan kebesaran Allah dan perbuatannya melaksanakan perintah Allah.
Soal hakikat atau buah ibadah tidak dapat dipelajari. Siapa yang dapat,
dia akan merasakannya. Orang yang telah mendapat hakikat, dikatakan
orang yang benar-benar kenal Allah.
Makrifat
Orang
yang telah sampai ke tingkat makrifat dikatakan orang-orang yang Al
‘Arifbillah atau golongan ‘Arifin. Mereka ini kenal Allah dengan mata
hati dan mereka telah mencapai taraf bertaqwa. Mereka benar-benar dapat
melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah yang haram
dan makruh.
Kalau
ada orang yang melaksanakan syariat dengan sungguh-sungguh, memahami
kelima hukum dengan sungguh-sungguh tetapi tidak tenang, tidak redha,
tidak sabar dan lain-lain dia harus memeriksa dirinya, muhasabah dirinya
kembali. Kalau bukan kesalahan di bidang Tauhid, mungkin salah di
bidang fiqih atau di bidang tasawuf.
No comments:
Post a Comment