ini adalah tulisan dari www.perawat.co.cc, hanya copy paste lho....
Mantri begitulah masyarakat mengenalnya, ada mantri sunat, ada mantri suntik, ada mantri cacar, dsb, tapi pada intinya adalah mantri kesehatan. dalam perjalanan kesehatan di Indonesia peran para mantri ini sebetulnya sangatlah besar kalau tidak bisa dikatakan dominan. tapiseiring dengan perjalanan waktu, di tambah dengan tidak pandainya para ” mantri ” ini membangun citra dan bermain politik, membuat mereka terpinggirkan secara perlahan lahan, bahkan tidak jarang akhir2 ini para mantri diperlakukan tidak lebih mulia dari maling ayam. sayang hal tersebut belum membuat para mantri tersebut tergugah untuk berjuang mempertahankan hak dan martabatnya, bahkan masih ada sebagian besar para mantri yang terlelap di nina bobokkan oleh kepentingan sesaat mereka, mereka tidak sadar bahwa bahaya kepunahan sedang mengancam eksitensi mereka.
di banyak daerah dan wilayah banyak mantri ini di jadikan sapi perah para penguasa. mereka bekerja semakin tidak mengenal waktu, tuntutan bekerja kadang 24 jam, tanpa ada kesempatan melakukan tawar menawar, tanpa ada tambahan kesejahteraan, semua hanya untuk kepentingan pencitraan penguasa, seakan penguasa peduli kesehatan rakyatnya.
mantri dalam arti harfiah adalah orang yang ahli atau menguasai berarti kalau arti mantri kesehatan adalah orang yang ahli dalam bidang kesehatan, dalam perkembanganya di citrakan sebagai orang yang asal tahu, sok tahu, dan tanpa pengetahuan sama sekali dalam hal kesehatan. padahal dalam kenyataanya tidak jarang dan bahkan mungkin banyak para profesi profesi yang lain yang bisa bekerja karena mendapat ilmu dan bimbingan dari para mantri ini.
Tanpa Flash back mungkin semua akan lupa, siapa yang bekerja keras menangani wabah disentri, wabah cacar, wabah pathek, yang pernah melanda Indonesia? siapa yang sanggup melayani masyarakat di Pelosok negeri ini, diatas bukit, didalam lembah, ditengah laut, bahkan mungkin di dalam perut bumi sekalipun, tapi semua hanya di akui secara de facto secara kenyataan tanpa ada pengakuan secara de yure atau secara hukum. hal inilah yang membuat mantri mesran seorang mantri yang berjuang demi kemajuan kesehatan rakyat di kalimantan nyaris terpenjara hanya karena kesombongan hukum yang tidak mampu melihat realita, hukum yang mengacu warisan kolonial, hukum yang feodal. bahkan mungkin suster apung “Mantri Rubiah” pun kalau tidak terlanjur mendapat penghargaan dari insan2 partikelir tidak akan terendus jasanya oleh hidung2 penguasa yang telah buntu!… bahkan mungkin ada beribu ribu “rubiah” yang ada di Indonesia ini tidak ada yang peduli.
Maka sebelum benar2 Mantri hilang dari Muka Bumi, sudah seharusnya kita mampu bersikap “Ya” atau “Tidak” berhenti atau lanjut, kalau “Ya” aka kita harus diakui kalau tidak ya sudah Kisah Para Mantri di selesaikan sampai disini… biarlah ndoro Bei berjalan dengan kuda Tejinya sendiri2!
di banyak daerah dan wilayah banyak mantri ini di jadikan sapi perah para penguasa. mereka bekerja semakin tidak mengenal waktu, tuntutan bekerja kadang 24 jam, tanpa ada kesempatan melakukan tawar menawar, tanpa ada tambahan kesejahteraan, semua hanya untuk kepentingan pencitraan penguasa, seakan penguasa peduli kesehatan rakyatnya.
mantri dalam arti harfiah adalah orang yang ahli atau menguasai berarti kalau arti mantri kesehatan adalah orang yang ahli dalam bidang kesehatan, dalam perkembanganya di citrakan sebagai orang yang asal tahu, sok tahu, dan tanpa pengetahuan sama sekali dalam hal kesehatan. padahal dalam kenyataanya tidak jarang dan bahkan mungkin banyak para profesi profesi yang lain yang bisa bekerja karena mendapat ilmu dan bimbingan dari para mantri ini.
Tanpa Flash back mungkin semua akan lupa, siapa yang bekerja keras menangani wabah disentri, wabah cacar, wabah pathek, yang pernah melanda Indonesia? siapa yang sanggup melayani masyarakat di Pelosok negeri ini, diatas bukit, didalam lembah, ditengah laut, bahkan mungkin di dalam perut bumi sekalipun, tapi semua hanya di akui secara de facto secara kenyataan tanpa ada pengakuan secara de yure atau secara hukum. hal inilah yang membuat mantri mesran seorang mantri yang berjuang demi kemajuan kesehatan rakyat di kalimantan nyaris terpenjara hanya karena kesombongan hukum yang tidak mampu melihat realita, hukum yang mengacu warisan kolonial, hukum yang feodal. bahkan mungkin suster apung “Mantri Rubiah” pun kalau tidak terlanjur mendapat penghargaan dari insan2 partikelir tidak akan terendus jasanya oleh hidung2 penguasa yang telah buntu!… bahkan mungkin ada beribu ribu “rubiah” yang ada di Indonesia ini tidak ada yang peduli.
Maka sebelum benar2 Mantri hilang dari Muka Bumi, sudah seharusnya kita mampu bersikap “Ya” atau “Tidak” berhenti atau lanjut, kalau “Ya” aka kita harus diakui kalau tidak ya sudah Kisah Para Mantri di selesaikan sampai disini… biarlah ndoro Bei berjalan dengan kuda Tejinya sendiri2!
No comments:
Post a Comment