Kalau judul diatas diganti “Masihkah Kita Percaya Manusia ?”, kita masih bisa menjawab fifty-fifty alias imbang tanpa gol. Karena manusia memang dibekali Tuhan sifat baik dan sifat jahat. Tapi kalau diganti “Masihkah Kita Percaya Manusia Indonesia ?”, kita butuh waktu berjam-jam bahkan mungkin minta perpanjangan waktu untuk bersuara jujur. Tapi, jangan berani mengganti judul menjadi “Masihkah Kita Percaya Pada Diri Kita Sendiri ?”. Mengapa ? Karena kita mewarisi sifat mudah tersinggung, merasa benar sendiri, merasa pintar sendiri, sukar mendengar nasehat dan pintar bicara. Apalagi mencari alasan, kita punya sejuta alasan untuk lari dari tanggung jawab.
Lupakan sejenak ganti-mengganti judul diatas. Kita kaji di lain waktu ya ? (emangnya punya waktu, apa hanya alasan karena gak mampu). Lebih relaks dan tidak menyinggung bangsa manusia, kita gak ganti judulnya. Oke ?. ”Pintar, ...memang kadang kita mesti nuruti kemauan orang supaya kemauan kita nanti juga keturutan”, ini wasiat suci mbah doel, pemilik ’waralaba’ warung di Ponorogo yang omzet per tahun miliaran rupiah (semua). Jadi judulya : Masihkah kita percaya komputer ?
Sejak ditemukan oleh penemunya (jangan GR, bukan Pak De mu), perkembangan teknology komputer sangat pesat melebihi ramalan wajar akal manusia. Dari komputer tua berukuran raksasan sampai microcomputer sekarang, tiap detik ada kemajuan dan perubahan. Kadang-kadang saya juga heran, ini yang pinter manusia yang bikin komputer atau memang dasar komputernya yang hebat. Sampai-sampai sekarang ada usaha menyambungkan kemauan manusia di otak melalui syaraf motorik ke tangan buatan manusia. Dan relatif berhasil. Ada lagi yang aneh-aneh, robot pembantu atau robot wanita cantik. (Nah..ini baru menarik, karena robot manut, nurut gak banyak nuntut). Awas...! Kita membicarakan bangsa komputer, bukan bangsa kita. Jadi jangan tersinggung.
Anehnya, tidak pernah kita mimpi dan ramalkan, ternyata komputer membanjiri kehidupan kita seperti tsunami kecil yang gak bahaya. Sedikit demi sedikit kita dituntut menyentuh keyboard komputer. Mata kita dipaksa mlototin (artinya=membuka mata lebar-lebar biar jelas) layar datar komputer. Kita dipaksa membuat laporan dengan komputer. Bahkan, baru-baru ini, dengan bangga Dinas Kesehatan Pacitan membuat kebijakan ’Laporan Puskesmas bisa melalui email’.
Kalau mendengar berita ini siapa yang gak semaput (pingsan). Itu ide gila (kata Purdi E Chandra, Pendiri Primagama) atau mimpi siang bolong ?. Jangankan tahu email, lha wong istilah komputer, printer, simpus, jaringan, sistem operasi atau istilah rumit bagi orang puskesmas di pacitan belum sepenuhnya mudeng (paham). Apalagi yang kemarin masih ada masalah jaringan dan simpus yang jalan ditempat, gak kuat dan gak tahan kalau diajak mikir yang lain. Tapi itulah hidup. Memang diluar dugaan. Seperti kekalahan ’menyakitkan’ Indonesia dengan saudara ’nakal’ nya Malaysia. (skor gak perlu disebut ya, gak sopan). Belum selesai satu masalah, daftar tunggu masalah lain juga antri untuk kita selesaikan. Bisa runyam jika masalah itu gak manut jadwal, bisa seperti antrean beli tike final AFF di Gelora Bung Karno. (mengapa sifat-sifat ini tidak jauh beda dengan kita ya, menurut anda wajar gak ?)
Mau laporan lewat email, lewat CD, lewat tulisan tangan atau lewat udara gak masalah. (kecuali kita bikin masalah). Semuanya bisa dipesan dan diatur. Yang penting kan laporan benar, tepat waktu, murah dan mudah. Kita kadang banyak debat gak karuan, padahal intinya kita itu malas berubah dan takut kemajuan ( takut kita gak bisa mengikuti ). Kalau urusan dana atau anggaran, masih pantaskah negara kaya ini gak mampu membiayai proyek kecil itu ?.
Yang mau kita dalami adalah apakah komputer itu bisa dipercaya ?. ”Emangnya kenapa mas ?” tanya Adit tiap dia pengen tahu. Aku juga pusing jika Adit bertanya. Mengapa dia tanya padaku. Mengapa tidak tanya pada rumput yang bergoyang ?. Apa yang harus aku jawab. Apa setiap pertanyaan harus ada jawabannya ?. (Sorry Dit....., cuma iseng. Biar kelihatan mikir). Aku baru sadar sekarang. Sifat Adit yang suka bertanya padaku adalah hukum karma bagiku. Lho... apa hubungannya kek ? ( KEK adalah panggilan ’mesra’ temanku di Ponorogo, khususnya Toriq di RSU Darmayu . Kek dipopulerkan sejak muda sewaktu sama-sama ’mondok’ di Jl. Kalimantan. Kalau ketemu teman, kita selalu menyebut KEK, seperti istilah MAS, DOEL, BOS, CAH,dll ). Sewaktu aku ’kedanan’ komputer waktu dulu, aku juga rajin bertanya pada ’pakar’ komputer bernama Imron, anak Pandeglang.
”Lanjut gak ?” Ok, kita lanjutkan.
Ternyata setelah mengenal komputer khususnya simpus sejak 2 tahun lalu, kita telah mengalami banyak kejadian, yang baik maupun buruk, yang menyenangkan maupun menyedihkan, maupun kejadian yang tidak kita ketahui. (kebanyakan kita cuek karena tidak menambah uang dapur dan merepotkan). Semua kejadian itu bagi yang mau berfikir akan diambil pelajaran untuk melangkah masa depan. ”Mantap Mas ”, kata Adit again. (mengapa Adit selalu muncul, kenapa gak yang lain ?). Sebenarnya saya mau menyebut yang lain, cuma belum dapat ijin dan takutnya nanti minta royalty.
Kalau kejadian baik, itu kurang menarik dipelajari oleh para kritikus termasuk yang nulis ini. (he.... he... he..... akhirnya ngaku juga). Yang menarik adalah bencana yang datang bertubi-tubi di puskesmas setelah simpus diterapkan. Memang sih, gak jauh dari budaya bangsa kita, sedang panen bencana. Mulai dari tagihan listrik mendadak naik, jaringan gak konek, server mati, PC Net rusak, kabel dimakan tikus, mouse gak jalan, lupa pasword, printer ngadat atau berjuta masalah lain. Kemudian internet belum jalan, modem gak jalan, gak ada sinyal, gak ada speedy, bayar internet mahal dan akses internet lambat. Alhamdulillah, sudah banyak masalah kita hadapi dengan tegar dan sabar.
Dibalik semua itu, ada menu simpus yang menarik. Yaitu menu : Laporan. Berbagai macam kebutuhan dan laporan sudah ada disitu. Ada laporan bulanan, harian, berdasarkan cara bayar atau wilayah. Secara umum sudah komplit. Cuma ada perbaikan untuk memenuhi kebutuhan laporan yang selalu berkembang. Yang bikin saya tenang, mas Indro selalu siap memperbaiki menu tersebut.
Jika kita amati, inti dari persoalannya adalah data komputer ini bisa dipercaya gak ? Apakah angka-angka yang muncul ini sudah benar ? Apakah data dikomputer ini tidak hilang ? Apa data bisa berubah ?. Pertanyaan ini tentu baik, cuma jawabannya bisa beragam. Kita juga bebas memilih dari beberapa jawaban yang cocok dengan kita.
Kalau komputer secara fisik rusak, tidak ada yang bisa menjawab kapan rusaknya. Bisa besok atau tahun depan. Tidak bisa diramal. Yang bisa kita upayakan adalah menjaga komputer itu awet dan dapat digunakan selama mungkin. Berbagai cara bisa kita lakukan, seperti pasokan listrik yang stabil, dibelikan trafo motor, pasang UPS dan pemasangan kabel yang benar. (Lebih jelasnya bisa konsultasi Mas Dian, Pakar Hardware dan Software.
Sedangkan kerusakan program dan sofware simpus, tetap juga kita gak mampu meramal kapan rusak. Soalnya, akhir-akhir ini virus dan penyakit lain semakin ganas. Tetap saja kita cuma bisa melakukan langkah tepat untuk menjaga agar software aman. Misalnya dengan melakukan dengan benar prosedur menjalankan program, tidak meng-install program tidak jelas dan menggunakan komputer secara bijak. (jangan dipaksa buat maen game terus yo..).
Jika kedua hal itu aman, kita masih ada tugas lain. Yaitu menjaga data simpus tetap aman dan benar. Dengan backup data di hardisk komputer lain dan selalu meneliti database simpus, Insya Allah cukup aman jika sewaktu-waktu meletus (rusak). Namun demikian, setiap usaha harus dibarengi doa dan hati yang ikhlas menerima simpus. Karena apa, ternyata energi positif kita berpengaruh juga pada kinerja komputer. Seperti ngopeni pitik, jika kita senang dan sabar, ayam kita banyak telurnya. (sama sekali gak nyambung ya...).
Setelah muter-muter gak karuan, kita masuki tema besar kita. Kepercayaan kita pada komputer. Apalagi secara hukum, apakah data komputer ini dapat dipertanggung jawabkan ? Apakah rekam medis simpus sudah diakui dalam hukum positif ? Kalau kita rajin dan mau membuka diri, ternyata jawabanya = Ya. Jangankan simpus, rekaman kamera, rekaman CCTV, VIDEO, Photo atau data lain bisa dijadikan alat bukti kepolisian untuk suatu kasus. Mengapa kita masih bimbang dan ragu ?.
Jika kita tidak percaya pada komputer, mengapa kepolisian dan KPK menggunakan alat bukti dari rekaman dan data komputer ? Saya sengaja tidak menunjukkan pasal dan ayatnya, supaya kita mau mencari sendiri. Jaman telah berubah, kejahatan juga berubah. Alangkah ruginya jika kita tidak berubah.
No comments:
Post a Comment